Gasifikasi Batubara
Gasifikasi
Batubara adalah
suatu teknologi proses yang mengubah batubara dari bahan bakar padat menjadi
bahan bakar gas. Berbeda dengan pembakaran batubara, gasifikasi adalah proses
pemecahan rantai karbon batubara ke bentuk unsur atau senyawa kimia lain.
Secara sederhana, batubara dimasukkan ke dalam reaktor dan sedikit dibakar
hingga menghasilkan panas. Sejumlah udara atau oksigen dipompakan dan
pembakaran dikontrol dengan uap agar sebagian besar batubara terpanaskan hingga
molekul-molekul karbon pada batubara terpecah dan dirubah menjadi ”coal gas”.
Gasifikasi
melibatkan reaksi sumber karbon, kemungkinan bergabung dengan hidrogen, dengan
sumber hidrogen (biasanya steam) dan/atau oksigen untuk yield gas yang terdiri
dari hidrogen, karbonmonoksida, karbondioksida, dan metana. Proporsi komponen
gas ini bergantung pada rasio reaktan yang digunakan dan kondisi reaksi.
Feedstock
diubah menjadi bentuk gas, substan yang tidak diinginkan seperti senyawa sulfur
dan partikel solid di entrained dapat dipisahkan dari gas dengan beberapa teknik.
Syngas bersih (khususnya campuran karbonmonoksida dan
hidrogen) dapat diubah menjadi bahan bakar gas, bahan bakar likuid, bahan
kimia, electric power (daya listrik) atau kombinasinya.
2.3.
Mesin Gasifikasi Batubara
Mesin
gasifikasi dapat dibedakan berdasarkan:
-
Berdasarkan
mode fluidisasi.
-
Berdasarkan
arah aliran.
-
Berdasarkan
gas yang diperlukan untuk proses gasifikasi.
a.
Berdasar mode fluidisasi
Mesin gasifikasi dapat dibedakan menjadi gasifikasi unggun
tetap (fixed bed gasification), gasifikasi unggun bergerak (moving bed
gasification), gasifikasi unggun terfluidisasi (fluidized bed gasification),
dan entrained bed serta molten bath.
Jenis
gasifikasi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut.
Terdapat 4 jenis penggas (gasifier) yang banyak digunakan untuk
gasifikasi batubara, yaitu tipe moving
bed (lapisan bergerak), fluidized bed (lapisan mengambang), dan entrained flow
(aliran semburan) serta Molten bath.
1. Fixed / Moving Bed
Untuk model moving bed, batubara yang digasifikasi adalah
yang berukuran agak besar, sekitar beberapa sentimeter (lump coal). Batubara
dimasukkan dari bagian atas, sedangkan oksidan berupa oksigen dan uap air
dihembuskan dari bagian bawah alat. Mekanisme ini akan menyebabkan batubara
turun pelan – pelan selama proses, sehingga waktu tinggal (residence time)
batubara adalah lama yaitu sekitar 1 jam, serta menghasilkan produk sisa berupa
abu. Karena penggas model ini beroperasi pada suhu relatif rendah yaitu
maksimal sekitar 6000C, maka batubara yang akan digasifikasi harus memiliki
suhu leleh abu (ash fusion temperature) yang tinggi. Hal ini dimaksudkan agar
abu tidak meleleh yang akhirnya mengumpul di bagian bawah alat sehingga dapat
menyumbat bagian tersebut. Disamping produk utama yaitu gas hidrogen dan karbon
monoksida, gasifikasi pada suhu relatif rendah ini akan meningkatkan persentase
gas metana pada produk gas. Karena gas metana ini dapat meningkatkan nilai
kalor gas sintetik yang dihasilkan, maka penggas moving bed sesuai untuk
produksi SNG (Synthetic Natural Gas) maupun gas kota (town gas).Contoh alat
tipe ini adalah penggas Lurgi, yang digunakan oleh Sasol di Afrika Selatan
untuk produksi BBM sintetis dan Dakota Gasification di AS untuk produksi SNG.
Gambar 3. Tipikal Penggas Jenis Moving Bed
Pada
konfigurasi ini, batubara diumpankan
dari atas kemudian perlahan-lahan turun kebawah dan dipanaskan oleh gas
panas dari arah bawah. Batubara melewati zona karbonisasi kemudian zona gasifikasi,
akhirnya sampai pada zona pembakaran pada bagian bawah gasifier tempat reaktan
gas diinjeksi. Sistem ini diilustrasikan pada Gambar 4. berikut ini :
Gambar 4. Fixed Bed Gasifier
Pada proses gasifikasi dengan fixed bed gasifier
Ada 4 zona reaksi yaitu :
a. Zona
devolatilisasi
Pada zona ini terjadi penguapan uap
air dan zat-zat volatil yang terkandung dalam batubara.
b. Zona
Gasifikasi
Pada zona ini uap air yang
dialirkan dan CO2 yang terbentuk dari pembakaran sempurna bereaksi
dengan batubara pada suhu tinggi membentuk gas sintesis yang terdiri dari CO, H2
dan N2.
c. Zona Pembakaran
Pada
zona ini oksigen yang masuk bereaksi dengan sebagian batubara membentuk CO2
dan H2O yang diperlukan dalam reaksi gasifikasi.
d. Zona abu
Zona
ini adalah tempat penampungan abu yang dihasilkan, baik hasil reaksi pembakaran
maupun reaksi gasifikasi.
Reaksi kimia
yang terjadi dalam fixed bed
gasifier, yaitu :
Gambar 5. Reaksi Kimia yang Terjadi dalam
Fixed Bed Gasifier
2.
Fluidized
Bed
Pada tipe fluidized bed, batubara yang digasifikasi
ukurannya lebih kecil dibandingkan pada moving bed, yaitu beberapa milimeter
sampai maksimal 10 mm saja. Tipikal penggas ini memasukkan bahan bakarnya dari
samping (side feeding) dan oksidan dari bagian bawah. Oksidan disini selain
sebagai reaktan pada proses, juga berfungsi sebagai media lapisan mengambang
dari batubara yang digasifikasi. Dengan kondisi penggunaan oksidan yang
demikian maka salah satu fungsi tidak akan dapat maksimal karena harus
melengkapi fungsi lainnya, atau bersifat komplementer. Hal ini mengakibatkan
tingkat konversi karbon pada tipe ini maksimal hanya sekitar 97% saja, tidak
setinggi pada tipe moving bed dan entrained flow yang dapat mencapai 99% atau
lebih. [Higman, van der Burgt, 2003]. Karena penggas ini beroperasi pada suhu
sekitar 600~10000C, maka batubara yang akan diproses harus memiliki
temperatur melunak abu (softening temperature) di atas suhu operasional
tersebut. Hal ini bertujuan agar abu yang dihasilkan selama proses tidak
meleleh, yang dapat mengakibatkan terganggunya kondisi lapisan mengambang.
Dengan suhu operasi yang relatif rendah, penggas ini banyak digunakan untuk
memproses batubara peringkat rendah seperti lignit atau peat yang memiliki
sifat lebih reaktif dibanding jenis batubara yang lain. Pengembangan lebih
lanjut teknologi penggas jenis ini sangat diharapkan untuk dapat mengakomodasi
secara lebih luas penggunaan batubara peringkat rendah, biomassa, dan limbah
seperti MSW (Municipal Solid Waste). Contoh alat model ini adalah penggas
Winkler yang merupakan pionir penggas fluidized bed, penggas HTW (High
Temperature Winkler), dan KBR (Kellog Brown Root) Transport Gasifier.
Gambar 6. Tipikal Penggas Jenis Fluidized Bed
Dalam fluidized bed gasifier, reaktor gas
digunakan untuk membuat fluidisasi material batubara. Untuk menghindari
sintering dari abu, fluidized bed
gasifier dibatasi beroperasi pada temperatur non-slagging.
Gambar 7. Fluidized Bed Gasifier
Batubara dimasukkan dari bagian samping sedangkan oksidannya
dari arah bawah. Oksidan (O2 dan uap) selain berperan sebagai
reaktan pada proses, juga berfungsi sebagai media lapisan mengambang dari
batubara yang digasifikasi. Dengan kondisi penggunaan oksidan yang demikian
maka salah satu fungsi tidak akan dapat
maksimal karena harus melengkapi fungsi lainnya atau bersifat
komplementer.
3.
Entrained
Flow
Kemudian untuk tipe entrained flow, penggas ini sekarang
mendominasi proyek – proyek gasifikasi baik yang berbahan bakar batubara maupun
minyak residu. Pada alat ini, batubara yang akan diproses dihancurkan dulu
sampai berukuran 100 mikron atau kurang. Batubara serbuk ini disemburkan ke
penggas bersama dengan aliran oksidan, dapat berupa oksigen, udara, atau uap
air. Proses gasifikasi berlangsung pada suhu antara 1200~18000C, dengan waktu
tinggal batubara kurang dari 1 detik. Dengan suhu operasi sedemikian tinggi,
pada dasarnya tidak ada batasan jenis batubara yang akan digunakan karena
abunya akan meleleh membentuk material seperti gelas (glassy slag) yang
bersifat inert. Gasifikasi suhu tinggi pada penggas ini menyebabkan kandungan
metana dalam gas sintetik sangat sedikit, sehingga gas sintetik berkualitas
tinggi dapat diperoleh.
Terdapat beberapa tipe penggas entrained flow berdasarkan
kondisi dan cara mengumpan bahan bakarnya. Penggas Koppers-Totzek yang
merupakan pionir jenis ini mengumpan batubara serbuk dalam kondisi kering dari
bagian bawah, atau disebut dry up. Gas sintetik akan keluar dari bagian atas alat.
Tipe dry up ini juga dijumpai pada penggas Shell dan Mitsubishi (CCP). Untuk
arah umpan dari bawah, selain terdapat bahan bakar dalam kondisi kering,
terdapat pula bahan bakar dalam kondisi basah atau disebut slurry up. Tipikal
jenis ini adalah penggas E-Gas dari Conoco Phillips. Selain slurry up, terdapat
pula metode slurry down, yang dijumpai pada penggas Chevron – Texaco.
Secara umum, bahan bakar berupa batubara kering mengkonsumsi
energi yang lebih sedikit dibandingkan dengan dalam keadaan basah (slurry)
sehingga lebih menguntungkan.
Gambar 8. Tipikal Penggas Jenis Entrained Flow (Dry Down)
Batubara
dialirkan kedalam gasifier secara cocurrent
atau bersama-sama dengan agen gasifikasi atau oksidan berupa uap air dan
oksigen, bereaksi pada tekanan atmosfer. Pada entrained gasifier, batubara dihaluskan sampai ukuran kurang dari
0,1 mm diumpankan dengan reaktan gas ke dalam chamber dimana reaksi
gasifikasi terjadi seperti halnya sistem pembakaran bahan bakar berbentuk
serbuk.
Residence time partikel padatan
yang singkat dalam sistem fase entrained
memerlukan kondisi operasi dibawah slagging untuk mencapai laju reaksi dan
konversi karbon yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa operasi non-slagging
pada entrained gasifier baik sekali
hanya untuk proses hidrogasifikasi.
Gambar 9. Entrained Gasifier
4.
Molten Bath
Molten bath mirip dengan sistem fluidized bed dimana reaksi terjadi dalam medium yang tercampur
merata dari inersia panas tinggi. Temperatur operasi tergantung pada tipe bath : untuk slag dan molten metal bath diperlukan temperatur
tinggi (1400–1700oC), tetapi temperatur 1000oC dapat
digunakan molten salt. Reaktan gas
dapat diinjeksi dari atas seperti jet kemudian berpenetrasi kedalam permukaan bath, seperti ditunjukkan pada gambar 10, atau dapat diumpankan ke bottom bath.
Gambar
10. Molten Bath Gasifier
Fixed bed
gasifier termasuk
dalam kategori sistem aliran counter
current, fluidized bed dan molten bath gasifier dapat
dianggap sebagai reaktor tanki pengaduk kontinyu dan entrained gasifier
sebagai sistem aliran co-current.
b.
Berdasar arah aliran
Mesin gasifikasi dapat dibedakan menjadi gasifikasi aliran
searah (downdraft gasification) dan gasifikasi aliran berlawanan (updraft
gasification). Pada gasifikasi downdraft, arah aliran gas dan arah aliran
padatan adalah sama-sama ke bawah. Pada gasifikasi updraft, arah aliran padatan
ke bawah sedangkan arah aliran gas ke atas.
Gambar 11. Konvensional Gasifikasi Sistem
Updraft dan
Downdraft.
c. Berdasar
gas yang diperlukan untuk proses gasifikasi
Terdapat
gasifikasi udara dan gasifikasi uap. Gafisikasi udara, dimana gas yang digunakan
untuk proses gasifikasi adalah udara. Gasifikasi uap, gas digunakan untuk
proses adalah uap.
2.4.
Proses Gasifikasi Batubara
Gasifikasi umumnya terdiri dari
empat proses, yaitu pengeringan, pirolisis, oksidasi, dan reduksi. Pada proses
gasifikasi ada suatu proses juga yang tidak kalah pentingnya adalah proses
desulfurisasi yang mana sebagai penghilang hidrogen sulfurisasi yang merupakan
gas beracun.
Pada gasifier jenis tipe gasifikasi
unggun tetap (fixed bed gasification), kontak yang terjadi saat pencampuran
antara gas dan padatan sangat kuat sehingga perbedaan zona pengeringan,
pirolisis, oksidasi, dan reduksi tidak dapat dibedakan.
Salah satu cara untuk mengetahui
proses yang berlangsung pada gasifier jenis ini adalah dengan mengetahui
rentang temperatur masing-masing proses, yaitu:
-
Pengeringan:
T > 150 °C
-
Pirolisis/Devolatilisasi:
150 < T < 550 °C
-
Oksidasi:
70 < T < 550 °C
-
Reduksi:
50 < T < 120 °C
Proses
pengeringan, pirolisis, dan reduksi bersifat menyerap panas (endotermik),
sedangkan proses oksidasi bersifat melepas panas (eksotermik).
-
Pada
pengeringan, kandungan air pada bahan bakar padat diuapkan oleh panas yang
diserap dari proses oksidasi.
-
Pada
pirolisis, pemisahan volatile matters (uap air, cairan organik, dan gas yang
tidak terkondensasi) dari arang atau padatan karbon bahan bakar juga
menggunakan panas yang diserap dari proses oksidasi.
-
Pembakaran
mengoksidasi kandungan karbon dan hidrogen yang terdapat pada bahan bakar
dengan reaksi eksotermik,
-
Sedangkan gasifikasi mereduksi hasil pembakaran menjadi
gas bakar dengan reaksi endotermik.
4 proses utama dalam gasifikasi
yaitu
Gambar 12.
Proses Gasifikasi Batubara
a. Pirolisis
Pirolisis atau devolatilisasi
disebut juga sebagai gasifikasi parsial. Suatu rangkaian proses fisik dan kimia
terjadi selama proses pirolisis yang dimulai secara lambat pada T < 100 °C
dan terjadi secara cepat pada T > 200 °C. Komposisi produk yang tersusun
merupakan fungsi temperatur, tekanan, dan komposisi gas selama pirolisis
berlangsung. Proses pirolisis dimulai pada temperatur sekitar 230 °C, ketika
komponen yang tidak stabil secara termal, seperti volatile matters pada
batubara, pecah dan menguap bersamaan dengan komponen lainnya. Produk cair yang
menguap mengandung tar dan PAH (polyaromatic hydrocarbon). Produk pirolisis
umumnya terdiri dari tiga jenis, yaitu gas ringan (H2, CO, CO2, H2O, dan CH4),
tar, dan arang.
b. Oksidasi
Oksidasi atau pembakaran arang
merupakan reaksi terpenting yang terjadi di dalam gasifier. Proses ini
menyediakan seluruh energi panas yang dibutuhkan pada reaksi endotermik.
Oksigen yang dipasok ke dalam gasifier bereaksi dengan substansi yang mudah
terbakar. Hasil reaksi tersebut adalah CO2 dan H2O yang
secara berurutan direduksi ketika kontak dengan arang yang diproduksi pada
pirolisis. Reaksi yang terjadi pada proses pembakaran adalah:
C +
O2 à CO2 +393.77 kJ/mol karbon
Reaksi pembakaran lain yang berlangsung adalah oksidasi hidrogen yang terkandung dalam bahan bakar. Reaksi yang terjadi adalah:
H2 + ½
O2 à H2O
+ 742 kJ/mol H2
c. Reduksi
(Gasifikasi)
Reduksi atau gasifikasi melibatkan
suatu rangkaian reaksi endotermik yang disokong oleh panas yang diproduksi dari
reaksi pembakaran. Produk yang dihasilkan pada proses ini adalah gas bakar,
seperti H2, CO, dan CH4. Reaksi berikut ini merupakan
empat reaksi yang umum telibat pada gasifikasi.
-
Water-gas
reaction
Water-gas reaction merupakan reaksi
oksidasi parsial karbon oleh steam yang dapat berasal dari bahan bakar padat
itu sendiri (hasil pirolisis) maupun dari sumber yang berbeda, seperti uap air
yang dicampur dengan udara dan uap yang diproduksi dari penguapan air.
Reaksi
yang terjadi pada water-gas reaction adalah:
C + H2O à
H2 + CO –
131.38 kJ/kg mol karbon
Pada beberapa gasifier, steam dipasok sebagai medium penggasifikasi dengan atau tanpa udara/oksigen.
-
Boudouard
reaction
Boudouard reaction merupakan reaksi
antara karbondioksida yang terdapat di dalam gasifier dengan arang untuk
menghasilkan CO. Reaksi yang terjadi pada Boudouard reaction adalah:
CO2
+ C à 2CO
– 172.58 kJ/mol karbon
-
Shift
conversion
Shift conversion merupakan reaksi
reduksi karbonmonoksida oleh steam untuk memproduksi hidrogen. Reaksi ini
dikenal sebagai water-gas shift yang menghasilkan peningkatan perbandingan
hidrogen terhadap karbonmonoksida pada gas produser. Reaksi ini digunakan pada
pembuatan gas CO. Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut:
CO
+ H2O à CO2 + H2 –
41.98 kJ/mol karbon
-
Methanation
Methanation merupakan reaksi pembentukan
gas metan. Reaksi yang terjadi pada methanation adalah:
C
+ 2H2 à
CH4 +
74.90 kJ/mol karbon
Pembentukan metan dipilih terutama
ketika produk gasifikasi akan digunakan sebagai bahan baku indsutri kimia.
Reaksi ini juga dipilih pada aplikasi IGCC (Integrated Gasification
Combined-Cycle) yang mengacu pada nilai kalor metan yang tinggi.